SELAMAT DATANG KHILAFAH 2020



Oleh : Nasrudin Joha

Pada bulan Desember tahun 2004 (15 tahun yang lalu) National Intelelligence Council’s (NIC), sebuah lembaga pusat pemikiran jangka menengah dan strategis jangka panjang Amerika Serikat, merilis sebuah laporan yang berjudul, “Mapping the Global Future”. Dalam laporan ini diprediksi empat skenario dunia tahun 2020:

Pertama, Davod World: Digambarkan bahwa 15 tahun ke depan Cina dan India akan menjadi pemain penting ekonomi dan politik dunia.

Kedua, Pax Americana: Dunia masih dipimpin oleh Amerika Serikat dengan Pax Americana-nya.

Ketiga, A New Chaliphate: Berdirinya kembali Khilafah Islam, sebuah pemerintahan Islam global yang mampu memberikan tantangan pada norma-norma dan nilai-nilai global Barat.

Keempat, Cyrcle of Fear (Munculnya lingkaran ketakutan). Di dalam skenario ini, respon agresif pada ancaman teroris mengarah pada pelanggaran atas aturan dan sistem keamanan yang berlaku. Akibatnya, akan lahir Dunia ‘Orwellian’ ketika pada masa depan manusia menjadi budak  bagi satu dari tiga negara otoriter.

Jika kita teliti prediksi NIC yang dibuat 15 tahun yang lalu, kita dapat menemukan relevansinya saat ini. Saat ini, China dan India memang memegang peran signifikan dalam percaturan global, terutama dibidang ekonomi dan politik,

Lebih khusus China, dalam isu ekonomi mampu 'menekuk' Amerika dalam parade perang dagang. Amerika, dipaksa tersudut dan pusing melawan strategi China, terutama menghadapi strategi eksport China dan program One Belt One Road (kemudian diubah menjadi BRI), yang memastikan pasokan bahan baku, distribusi dan pasar bagi produk industri China yang melimpah.

Amerika juga pusing menghadapi strategi _Fixd Rate_ yang ditetapkan China atas Yuan terhadap dolar. Nilai tukar yang tetap ini, menjadikan produk Amerika tdk bisa bersaing dengan China, bahkan di Amerika sendiri dibanjiri produk China.

Seandainya Amerika tidak menerapkan kebijakan Proteksi (padahal ini bertentangan dengan asas liberalisme kapitalisme), niscaya pasar Amerika akan menjadi pasar China. Amerika, tidak akan kebagian untung meskipun berdagang di negeri sendiri.

Adapun untuk isu politik, China mulai melakukan ekspansi ke sejumlah negara, meniru barat melakukan imperialisme dengan gaya baru, melalui perjanjian dan utang. Indonesia adalah salah satu contohnya.

Tujuh atau sepuluh tahun yang lalu, Amerika boleh saja mengklaim Indonesia adalah salah satu negera bagian Amerika. Tetapi hari ini, selain Amerika yang boleh mengklaim Indonesia sebagai negara bagian ke-51, China juga berhak atas klaim Indonesia sebagai provinsi terbaru bagian dari China.

Selanjutnya, Amerika juga masih tetap menjadi pemain utama. Meskipun China mulai merangkak naik, namun kepala China tak mungkin berdiri tegak diatas kepala Amerika.

Amerika, tetap menggunakan segala cara untuk menekan China agar tak menyamai apalagi melampaui kedudukan Amerika sebagai polisi dunia, sebagai negara adidaya dunia.

Kasus muslim Uighur, menjadi bukti bagaimana Amerika mampu memainkan sentimen anti komunis, anti China, menjadi strategi global Amerika untuk mengisolasi dan menekan China.

Jika China mampu mengisolasi Amerika secara ekonomi, mengepung market dunia dan membanjirinya dengan produk China, menggeser posisi Amerika, namun secara politik China diisolasi dan ditekan oleh Amerika melalui isu muslim Uighur. Hal ini menjadi bukti, bahwa posisi Amerika tetap menjadi pemimpin dunia dengan Pax Americana-nya.

Adapun lingkaran ketakutan dunia, itu dimulai dengan isu War On Terorism yang di eksport oleh Amerika, ditandai dengan runtuhnya gedung WTC. Cyrcle of Fear itu terus menggulung dan membuat dunia terbelah, Anda bersama Amerika atau Anda bersama teroris.

Lingkaran ketakutan melalui isu terorisme itu terus di eksploitasi demi kepentingan ekonomi, politik dan ideologi. Secara ekonomi, lingkaran ketakutan ini akan menjadi kondisi pra sarat bisnis senjata dan bisnis keamanan dunia.

Secara politik, jualan isu ketakutan ini menjadikan negara inti, Amerika dan sekutunya termasuk pemain baru China, sebagai polisi dunia. Negara ketiga dipaksa tunduk dan membayar upeti kepada negara penguasa, dengan menyerahkan aset dan sejumlah SDA kepada Amerika dan China.

Lingkaran ketakutan itu mengalami migrasi, dari War on Terorism menjadi War On Radicalism. Padahal, baik War on Terorism maupun War On Radicalism, keduanya substansinya sama : War On Islam.

Tujuan utama dari isu War On Radicalism adalah memerangi kebangkitan Islam politik. Yakni, menghalangi atau setidaknya menunda kembalinya Daulah Khilafah ala Minhajin Nubuwah.

Jika ketiga prediksi NIC itu terbukti di tahun ini, maka prediksi akan tegaknya khilafah ala' minhajin Nubuwah pada tahun 2020 bukan mustahil segera terjadi. Sebab, kondisi politik global dan nasional saat ini sangat mendukung tegaknya khilafah.

Di negeri ini, pasca Pilpres, pasca rekonsiliasi kubu 01 dan 02, umat ini tak memiliki pilihan dan harapan lain kecuali kembali kepada Islam, memperjuangkan tegaknya syariah dalam naungan Daulah khilafah. Secara global, rintihan dan berbagai kezaliman yang dialami muslim Uighur, Rohingya, Palestina, Irak, Yaman, Afghanistan, Suriah, dan dibelahan bumi yang lain, mustahil diselesaikan oleh Kerajaan Arab Saudi, Republik Turki, Republik Mesir, dan bentuk Pemerintah dan pemerintahan lainnya.

Mereka semua, saudara kaum muslimin yang tertindas, membutuhkan khilafah, menunggu sang Khalifah untuk menolong. Dan, suasana umum kerinduan kaum muslimin telah menggejala diseluruh dunia, mereka rindu Islam, rindu syariah, rindu khilafah, rindu Khalifah.

Selamat Datang Khilafah Tahun 2020. [].

Subscribe to receive free email updates:

4 Responses to "SELAMAT DATANG KHILAFAH 2020"