Skenario DEKLARASI KHILAFAH DI 2019



Oleh: Nasrudin Joha

Pagi itu suasana KPU sepi, lengang, masih nampak sisa sampah berantakan di halaman KPU atas tindakan anarkis beberapa masa caleg dan partai berdemo silih berganti. Pendukung calon Presiden juga tidak absen, mereka saling klaim jumlah suara.




Kegentingan tentang hasil pemilu dan Pilpres menggejala diseluruh penjuru negeri. Kegentingan karena adanya klaim jumlah suara dan kemenangan, serangan terbuka antar elit partai yang merasa dicurangi, gerakan masa silih berganti meneken KPU, dan tingkat stres yang tinggi aparat penegak hukum dan KPU dalam mengawal dan menyelenggarakan pemilihan.

Kegentingan juga terjadi diantara elit partai. Mereka yang selain saling klaim kemenangan juga diliputi kekhawatiran yang luar biasa. Bagaikan tidak ? Jumlah angka golput nyaris mencapai 60 % (persen) dari total DPT.

Mereka paham, betapapun mereka mampu mengklaim kemenangan namun sesungguhnya kemenangan mereka tidak berdiri tegak diatas pilar legitimasi. Tingkat keemohan masyarakat pada pemilu dan partai, mencapai titik tertinggi selama proses pemrlihan sejak Republik berdiri.

Sementara itu gerakan masa yang emoh pemilu tidak mengambil sikap diam. Mereka secara aktif meneriakan gugatan "ganti rezim ganti sistem". Kekuatan massa mereka real, sebab pilihan keengganan pada pemilu dibangun diatas kesadaran politik yang tinggi.

Seluruh siaran radio, televisi dan sosial media, berulang kali mengabarkan keinginan masyarakat untuk mengganti sistem dan rezim demokrasi.

Elit partai panik, ada gerakan besar yang bisa menggulung kekuasaan mereka. Sementara mereka sadar, militer tidak lagi menjaga entitas politik yang ada.

Ketidakadilan pada militer dan kedzaliman terhadap umat, membuat militer mengambil jarak atas politisi dan penguasa. Bahkan, beredar luas pertemuan rahasia para petinggi militer dengan simpul politik pergerakan yang menginginkan perubahan.

Milisi sipil partai yang berdiri ditonggak batas kesabaran juga tidak berani mengambil resiko. Jumlah umat Islam yang tak terhitung lagi menginginkan Khilafah, membuat mereka tidak berani mengambil resiko. Apalagi, jika sampai terjadi tragedi terhadap masyarakat sipil khususnya umat Islam, militer akan sigap memperoleh legitimasi untuk mengambil alih kendali kekuasaan untuk menolong umat Islam.

Dari kejauhan, Amerika tidak mampu berbuat banyak. Krisis internal Amerika, membuat energi Amerika banyak terkuras untuk menyelesaikan persoalan dalam negeri. Apalagi, dinamika politik Demokrat dan Republik berada pada titik Didih yang tidak pernah terjadi sebelumnya.

Amerika benar-benar tidak berdaya untuk mengambil kendali, meskipun pergolakan politik ini berada diujung hidungnya. Amerika tidak memiliki daya untuk menempatkan anteknya dalam kekuasaan untuk menggantikan antek sebelumnya.

Adapun China dalam beberapa pertarungan global cukup direpotkan oleh Amerika, Eropa dan Jepang. Sumber-sumber ekonomi China banyak terkuras habis setelah beberapa proyek mercusuar di bidang konstruksi dan pertambangan mengalami kegagalan.

HRS dari Mekah telah melihat peluang tegaknya Khilafah dan harapan besar untuk kembali ke negeri dan kampung halamannya. HRS setelah melakuan berbagai pertemuan konsolidasi dengan kaum revolusioner yang menginginkan Khilafah, telah memiliki keyakinan akan tegaknya Khilafah dalam waktu yang sangat dekat.

Sosok nama yang paling berpengaruh, telah pula diketahui dan disepakati bersama yang akan menerima Bai'at untuk yang pertama kalinya. Para ulama dan tokoh, penguasaha kunci, birokrat, berbagai pergerakan dan ormas juga telah menaruh kesepahaman dan sepakat untuk segera memberikan Bai'at akad.

Konsolidasi akhir dilakukkan dengan menggerakan massa dalam jumlah fantastis, 25 juta peserta untuk aksi massa damai menuntut diterapkannya seluruh isi Al Quran, menuntut 114 surat dalam al Quran agar diterapkan dan menjadi pilar untuk mengatur negara.

Tempat pertemuan akbar untuk menuntut penegakan Khilafah telah ditentukan. Nostalgia Monas dan 212 menjadi tempat titik konsentrasi masa.

Masa dari seluruh penjuru negeri dihimbau datang bergelombang, hingga saat yang ditentukan dapat tumpah ruah. Seluruh sudut Jakarta akan disesaki dengan lautan manusia.

Sebelum waktu yang ditetapkan, Nasrudin Joha pada malam yang penuh berkah menemui beberapa jenderal dan tokoh kunci. Terjadilah dialog diantara mereka :

Jenderal : "Wahai Syaikh Nasjo, apa yang perlu kami lakukan untuk menolong agama ini. Kami telah memberikan komitmen memberikan apapun yang kami miliki dan mengupayakan apa yang tidak kami miliki, semata untuk menolong agama Allah SWT".

Nasjo : "wahai jenderal, Anda telah memberikan komitmen sebagaimana hawariyun terhadap Isa. Anda telah mengambil pilihan, sebagaimana Sa'ad bin Mu'adz membela dakwah nabi. Jika kebulatan tekat telah meliputi jiwa kalian, maka teruskan langkah untuk menolong agama ini. Namun jika masih ada keraguan meski seberat zarah, lebih baik kalian urungkan dan kembalilah pada urusan anak dan istri kalian".

Jenderal : "Wahai Syaikh Nasjo, apakah Anda mencoba menarik langkah kaki kanan kami sementara engkau juga membelenggu kaki kiri kami ? Demi Allah , kami telah melihat kemuliaan itu didepan mata. Lantas apa yang menarik hati kami dari gemerlapnya dunia, dari keutamaan menolong agama ini ? Sesungguhnya kami dan Anda, kita semua telah rindu taat total kepada Allah. Sungguh dihadapan kita dukungan umat begitu besar, sedang urusan ini tidak mungkin selesai kecuali kami yang menindaklanjuti. Karena itu, berilah bimbingan dan tambahan keyakinan".

Setelah merasa cukup puas dan yakin dengan komitmen para jenderal dan tokoh, Nasrudin Joha kemudian mengajak para jenderal untuk menemui seorang laki yang beberapa waktu telah dikabarkan akan memimpin dan menerima Bai'at.

Semua perencanaan telah matang, seluruh umat Islam pada waktu yang ditetapkan berkumpul tumpah ruah di Jakarta. Laki laki, perempuan, tua muda, semua meneriakan yel yel "Al
Umat turid Khilafah Islamiyah". Bendera Liwa Roya memenuhi setiap sudut aksi.

Semua peserta aksi memadati seluruh penjuru ibukota, di setiap lingkaran dan simpul masa terdapat titik titik sound sistem yang menghadirkan orasi para tokoh secara berulang dan bergantian.

Aparat polisi tidak bisa berbuat banyak karena mereka tahu militer ada dibalik gerakan masa. Bahkan, sebagian besar aparat kepolisian di jajaran menengah ke bawah juga sangat rindu perubahan dan jengah pada jalur komando yang melawan hati nurani.

Para politisi dan partai juga tidak berani berbuat banyak kecuali mereka hanya bisa menyimak dan ikut dalam Kegentingan suasana. Istana berkali kali didatangi banyak kendaraan dan terjadi rapat berulang ulang.

Ada sedikit gesekan kecil antara kubu banteng moncong yang hendak mengganggu gelaran aksi umat Islam dengan beberapa laskar pemuda Islam. Dalam hitungan menit, garda banteng dungu ini mampu ditundukan.

Beberapa cukong aseng telah lama lari keluar negeri karena mendapat kabar rencana revolusi dari beberapa antek mereka di lingkungan istana. Sementara para politisi sekuler, penguasa dzalim, ketakutan luar biasa.

Mereka membayangkan kedzaliman mereka selama ini terhadap umat dan militer akan mendapat balasan. Mereka tidak berani keluar rumah atau hotel, mereka terus mengawasi perkembangan aksi dibalik pintu melalui media dan jejaring sosmed.

Setelah kondisi magrib, seluruh massa berkumpul dan melaksanakan sholat magrib. Tidak berselang lama, seluruh kendaraan dan logistik militer memenuhi seluruh sudut jalan. Helikopter beterbangan bak musim capung di kemarau panjang. Suara sirine dari mobil militer meraung-Raung.

Tidak berselang lama, beredar kabar rencana pengumuman dari dewan jenderal militer. Nyaris semua situasi dikendalikan militer, massa yang juga tahu skenario militer justru saling bersinergi untuk berkonsentrasi mendengarkan pengumuman dewan jendral.

Setelah semua massa tertata rapih, keadaan menjadi hening. Tiba Tiba dari seluruh prasarana soundsystem keluar suara salam dari suara yang amat dikenal.

"Assalamu'alaikum Wr Wb

Kami dari dewan jenderal militer dengan ini menyatakan mengambil alih kekuasaan. Seluruh kendali pemerintahan ada pada kami. Kami umumkan siapa saja yang beriman kepada Allah dan Rasulnya, menegakan sholat, membayar zakat, menunaikan hak kaum muslimin, terhadapnya kami memberikan jaminan keamanan dan keselamatan.

Kepada siapa saja non muslim yang mengambil hubungan baik dengan kaum muslimin, bersedia berbagi tanggung jawab sebagai rakyat dalam bingkai negara Khilafah, kami nyatakan darah dan hartanya aman dan terjamin.

Sesungguhnya, kami umumkan bahwa kekuasaan yang ada pada kendali kami, kami serah terimakan kepada seorang lelaki, yang telah kami Bai'at sebagai Khalifah untuk menerapkan hukum Quran dan Sunnah.

Selanjutnya kami umumkan dan perintahkan seluruh umat untuk memberikan Bai'at taat kepada Khalifah dan bersama sama menegakkan hukum Allah SWT dimuka  bumi".

Tidak berselang lama, munculah Khalifah kaum muslimin yang pertama setelah sekian lama dirindukan kaum muslimin. Pidato Khalifah menjelaskan konstitusi negara secara umum dan membagi tugas pokok dan fungsi lembaga negara, serta hubungan hak dan kewajiban antara rakyat dengan negara.

Seluruh masa aksi bertakbir, bertasbih dan bertahmid seraya memuji nama Allah SWT. Gemuruh massa saling berpelukan menyambut kebahagiaan kembalinya daulah Islam.

Para tentara dan polisi saling berpelukan karena haru dan bersyukur tidak terjadi pertumpahan darah. Seluruh umat ridlo memberikan Bai'at taat kepada Khalifah yang baru di Bai'at.

Beberapa polisi militer dengan sigap segera menahan beberapa aktor politik yang selama ini menyakiti kaum muslimin. Beberapa penguasa peninggalan rezim demokrasi juga digiring mobil militer secara hina.

Riuh takbir bergema seantero negeri, para keluarga dan orang tua yang tidak ikut aksi menyaksikan perubahan dari layar kaca dengan penuh haru menangis bahagia. Seluruh kaum muslimin bersuka cita atas pengumuman tegaknya daulah Khilafah. [].

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Skenario DEKLARASI KHILAFAH DI 2019"

Post a Comment