Tudingan Radikalisme, Islam dan Khilafah



Khilafah yang semestinya memiliki hak dan ruang yang sama dalam perbincangan-perbincangan publik. Sekarang seperti dirampas bukan karena suasana akademis dengan pendekatan diskursus. Namun hak-hak yang dimiliki oleh gagasan Khilafah ‘dirampas’ oleh situasi dan kepentingan politik pragmatis yang ada.

Faktanya jika semuanya melihat secara jernih tentang Khilafah ini. Saya yakin semua pihak akan bisa bersinergi dalam rangka kemajuan dan kebaikan tanah air yang sama-sama dicintai ini. Saya yakin ada masanya nanti situasi kondusif seperti itu akan terjadi. Meskipun yang terjadi sekarang ini adalah adanya upaya menutup dialog dan perbincangan publik terhadap sebuah gagasan dengan cara-cara kekuasaan.

Apa yang terjadi sesungguhnya adalah kesalahpahaman terhadap Khilafah. Khilafah itu memiliki kepastian sumber dari Islam. Khilafah berasal dan merupakan ajaran Islam. Sehingga salah besar ketika menganggap bahwa Khilafah adalah faham radikal. Dimana terminologi radikal sudah masuk dalam alam bawah sadar masyarakat sebagai istilah yang negatif.

Dalam ‘the literacy studies’, Khilafah ini bisa ditemukan dalam berbagai karya-karya tafsir Al-Quran, karya-karya syarah (penjelasan) hadits, karya-karya fiqih Islam dan lain sebagainya. Kesimpulan saya Khilafah memang bagian dari Islam karena merupakan salah satu ajaran Islam.

Dalam ‘the historical studies’, faktanya Khilafah ini memang ada hingga belasan abad. Dan tidak sedikit sejarawan barat yang mengungkapkan tentang keberhasilan atau kegemilangan ketika Khilafah diterapakan dulu. Silahkan saja dinikmati literasi sejarah yang berkaitan dengan ini dari berbagai macam sudut pandang dan latar belakang penulisnya. Kesimpulannya Khilafah memang ada dalam sejarah Peradaban Islam.

Dalam ‘the geopolitical studies’ jauh tidak kalah menarik. Tidak sedikit pemimpin-pemimpin barat, lembaga kajian strategis dari barat membahas tentang Khilafah ini. Goerge W. Bush bahkan sampai begitu perhatian dengan wacana Khilafah ini. Bahkan lembaga sekalas National Intelligence Council (NIC) turut serta memprediksi tentang Khilafah. Kesimpulan saya Khilafah ini memang menjadi ancaman dan sesuatu yang ditakuti oleh hegemoni peradaban barat. Hegemoni barat, menyebut Khilafah ini sebagai kemenangan dan kebangkitan sebuah peradaban yang akan menjadi tandingan dari hegemoni peradaban barat.

Kemudian dalam pendekatan ‘the teories of social change’, perubahan adalah sesuatu yang wajar. ‘Change is the law of nature. What is today shall be different from what it would be tomorrow. The social structure is subject incessant change.’

Baik perubahan itu atas keinginan masyarakat atau tidak, tapi pasti akan ada perubahan. Karena doktrin perubahan mengatakan tidak ada yang abadi, kecuali perubahan itu sendiri. Artinya ketika kemudian di masa yang akan datang dengan kesadaran ada perubahan mengarah pada Khilafah, maka tidak perlu ditakuti. Karena hal ini sangat alamiah, sebagaimana perubahan dari Khilafah ke ‘nation state’ pada waktu itu. Jadi santai saja.

Terakhir yang tidak boleh dilupakan adalah bahwa perbincangan tentang bentuk negara yang berdasar pada Islam bukanlah hal baru dalam perjalanan negeri ini. Perdebatan tentang bentuk negara juga terjadi di tengah-tengah diskusi para pendiri negara ini. Salah satu wacana yang berkembang pada saat itu adalah bentuk negara yang berdasarkan Islam.

Oleh karena itu, sangat disayangkan ketika ruang dan hak diskusi publik ‘dirampas’ dengan sewenang-wenang. Hal yang semestinya baik untuk mendewasakan dan membiasakan perbincangan akademis di tengah masyarakat kini telah sirna. []
#TudinganRadikalismeHTI
#KhilafahAjaranIslam

Sumber video : Fokus Khilafah Channel

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Tudingan Radikalisme, Islam dan Khilafah"

Post a Comment