Apa Yang Terjadi Saat ini dalam Krisis Suriah?


بسم الله الرحمن الرحيم
Jawab Soal
Apa Yang Terjadi Saat ini dalam Krisis Suriah?
Pertanyaan:
Gencatan senjata di Suriah telah hancur berantakan. Padahal untuk merencanakannya Amerika dan Rusia mengerahkan pertemuan-pertemuan panjang. Bahkan beberapa pertemuan antara Kerry dan Lavrov berlangsung hingga lebih dari sepuluh jam! Amerika dan Rusia juga telah menggaungkannya bahwa itu berbeda dari gencatan-gencatan sebelumnya. Amerika juga akan menjamin implementasinya dari pihaknya dan oposisi….Rusia juga menjamin implementasinya dari pihaknya dan rezim … Namun gencatan senjata itu hancur berantakan. Dengan kehancurannya itu Amerika dan Rusia pun saling tuduh bahwa masing-masing berada di belakang kegagalan itu! Apakah berarti perjalanan gencatan senjata yang buruk itu telah berakhir? Dan jika belum berakhir apa yang terjadi saat ini dalam krisis Suriah? Semoga Allah memberi Anda balasan yang lebih baik.
Jawab:
Perjalanan gencatan senjata yang buruk untuk disebut itu, belum berakhir menurut Amerika. Fakta-fakta yang sedang berjalan mengharuskan Amerika meninjau kembali gencatan senjata itu dan mengubahnya serta mengambil apa yang bisa disebut “masa rehat gencatan”. Hal itu untuk meningkatkan pemboman semakin intensif agar berpengaruh terhadap faksi-faksi dan masyarakat supaya mereka mau tunduk kepada pertemuan baru antara rezim dan oposisi sesuai perjanjian gencatan senjata yang telah diubah yang disiapkan Amerika selama masa rehat itu! Hal itu karena Obama ingin mengakhiri masa pemerintahannya dengan sesuatu dari solusi untuk masalah Suriah atau minimal menghimpun rezim dan oposisi dalam sebuah pertemuan yang bisa menyinari masa Obama dengan sinar keberhasilan meskipun redup. Hal itu mencontoh apa yang diusahakan oleh presiden demokrat sebelumnya Bill Clinton terkait masalah Palestina. Padahal Clinton tidak merealisasi apa yang ia inginkan. Hanya saja Obama tidak peduli. Obama beranggapan bahwa ia mampu membuat apa yang tidak bisa diperbuat oleh pendahulu-pendahulunya. Ia tidak sadar bahwa kegagalannya melebihi pendahulunya!… Agar perkara itu menjadi jelas maka harus dipaparkan perkara-perkara berikut:
  1. Amerika dengan serius konsern untuk memaksakan gencatan senjata ketika Rusia dan rezim bisa mengepung penuh Aleppo setelah berhasil menguasai bagian-bagian penting dari jalan Alcastelo selama aksi-aksi pemboman intensif oleh Rusia dan rezim melalui serangan yang berlangsung berkelanjutan secara intensif. Menurut koresponden al-Jazeera pada 7/7/2016, “… jumlah serangan yang dilancarkan pesawat-pesawat Rusia dan pesawat-pesawat rezim terhadap Aleppo lebih dari seratus serangan…”. Rezim bisa menguasai jalan tersebut setelah oposisi menarik diri. “Koresponden al-Jazeera mengutip sumber-sumber militer tentang mundurnya kombatan oposisi bersenjata Suriah dari posisi-posisi yang mereka kuasai di sekitar jalan Alcastelo utara Aleppo dikarenakan sebab-sebab militer…” (Al-Jazeera, 10/7/2016). Kemudian serangkaian serangan intensif menyebabkan militer rezim yang didukung oleh Rusia, Iran, milisi dan para pengikut mengepung Aleppo pada 26/7/2016. “Pasukan rezim Suriah memperketat pengepungan terhadap distrik-distrik Aleppo timur setelah pada Selasa berhasil menguasai komplek Alcastelo sebelah utara kota …” (Al-Jazeera, Rabu, 27/7/2016). Dalam suasana ini berlangsung pertemuan menteri luar negeri Amerika dengan menteri luar negeri Rusia di Vientiane ibu kota Laos pada 26/6/2016. Kerry berjanji akan ada di posisi memberitahu para wartawan mengenai langkah-langkah positif untuk mengubah situasi perang di Suriah mulai Agustus 2016 setelah ia yakin dengan kemajuan rezim di jalan Alcastelo dengan dukungan Rusia Iran dan berikutnya berhasil mengepung Aleppo. Kerry ingin memutuskan gencatan senjata ketika pengepungan ini berhasil.
  2. Akan tetapi, hal itu tidak terjadi disebabkan oleh operasi-operasi serius yang dilancarkan oleh para revolusioneris selatan Aleppo. Melalui operasi-operasi itu, mereka berhasil membuka pengepungan yang ketat, daerah selatan Aleppo dan daerah-daerah perguruan tinggi militer. Hal itu setelah para revolusioneris bisa mengambil alih distrik-distrik Ramouseh selatan Aleppo dan membuka jalan ke sana, artinya membuka kepungan. Pembukaan kepungan atas Aleppo menjadi pukulan keras untuk rencana Amerika yang memandang serangan terhadap para revolusioneris harus difokuskan terhadap front yang paling kuat dan sengit di Aleppo. Hasilnya, Amerika dan Rusia pun kelimpungan. Rusia, melalui menteri luar negerinya Sergey Lavrov menggambarkan operasi oleh para revolusioneris itu sebagai “aksi kurang ajar”. Ini menunjukkan bahwa Rusia dan Amerika menduga telah menundukkan revolusi di Suriah dan mendorongnya ke arah finish.
  3. Untuk menyukseskan rencana Amerika yang menjadi fokus terhadap Aleppo, maka harus dipaksakan pengepungan terhadap Aleppo. Di sini Amerika bekerja pada dua poros untuk mengembalikan pengepungan terhadap Aleppo:
Pertama, memasukkan pasukan Turki ke utara Suriah, mulai dengan daerah Jarablos dalam operasi yang diumumkan oleh Turki sebagai operasi “perisai Eufrat” dan memanggil revolusioneris yang loyal ke Turki dari selatan Aleppo untuk memerangi ISIS. Artinya itu melemahkan front perang yang sebenarnya di Aleppo dan menciptakan front baru untuk perang internal, serta mendorong sebisa mungkin revolusioneris jauh dari front perang di Aleppo!
Kedua, meningkatkan mobilisasi Iran atas ribuan para pengikutnya dan mengirimkan mereka ke selatan Aleppo dan pengumuman Hizbullah di Lebanon mengirimkan pasukan elit ke selatan Aleppo. Demikian juga gerakan an-Nujaba’ di Irak. Pada saat yang sama, Rusia mengintensifkan serangan udara secara masif ke daerah Ramouseh…
Dengan dua poros ini Amerika bisa memungkinkan rezim dan sekutu-sekutunya melancarkan pengepungan terhadap Aleppo dan menempatkan daerah pinggiran timur Aleppo di meja konspirasi Amerika di bawah tema “memukul teroris” dan “bantuan kemanusiaan kepada warga sipil di Aleppo”. Dan pada saatnya menjadi waktu yang pas bagi Amerika untuk mengumumkan kesepakatannya dengan Rusia dan memaksakan “penghentian aksi-aksi perang”. Hal itu dilakukan melalui pertemuan menteri luar negeri Amerika dan Rusia di Jenewa yang berlangsung lebih dari sepuluh jam. Menteri luar negeri Amerika, Kerry selama pertemuan itu melakukan komunikasi dengan departemen keamanan, khususnya Pentagon di Washington, untuk menjamin realisasi permintaan Rusia atas implementasi operasi bersama Amerika Rusia secara terbuka melawan kelompok-kelompok yang tidak komitmen menghentikan tembak menembak.
  1. Kemudian Amerika dan Rusia pada 12 September 2016 mengumumkan penghentian “aksi-aksi penyerangan” di Suriah. Hal itu setelah keduanya yakin, pasukan rezim dan sekutu Iran dan Rusia bisa melakukan pengepungan kembali Aleppo… Kemudian tanggal ini dimulai pada sore hari pertama Idul Adha yang penuh berkah. Hal itu untuk memanfaatkan ide “Id” guna memperbaiki peluang penerimaan penghentian tembak menembak di Suriah.
  2. Amerika serius dalam mengeluarkan kesepakatan ini dan mengimplementasikannya. “Menteri luar negeri Amerika, Kerry menganggap kesepakatan Rusia Amerika ini menjadi kesempatan terakhir untuk menjaga Suriah tetap sekuler dan bersatu …” (Al-Jazeera Chanel, siaran langsung pidato Kerry, 12/9/2016). Hal itu karena kesepakatan ini merealisasi tujuan Amerika dengan memaksakan penghentian aksi-aksi penyerangan sebagai pendahuluan untuk menempatkan isu Suriah di meja negosiasi Jenewa… Dari sisi lain, rencana ini seiring waktunya dengan pemilu Amerika, bisa merealisasi capaian-capaian politik untuk partai Demokrat. Capaian itulah yang menyebabkan tampaknya ketergesaan Amerika untuk merealisasi keberhasilan pemerintahan Obama di Suriah pada akhir masa pemerintahannya. Pada waktu yang sama, Rusia menggaungkannya dikarenakan dekatnya peluncuran gelombang operasi militer bersama dan terbuka dengan Amerika. Itu merupakan tuntutan lama Rusia yang dipandangnya sebagai asas kelanjutan pelayanannya untuk tujuan-tujuan Amerika di Suriah. Hal itu sebagai antisipasi terhadap sesuatu yang tidak diketahui dari politik pemerintahan Amerika mendatang yang akan menggantikan pemerintahan Obama.
  3. Akan tetapi, perkaranya berjalan berlawanan dengan apa yang diinginkan oleh Amerika. Di depan Amerika tampak dua perkara yang tidak ada dalam perhitungannya. Kedua perkara itu adalah:
Pertama, Meski terjadi semua kejahatan yang diperbuat Amerika di Suriah secara langsung dengan sekutunya atau melalui sekutu-sekutunya Rusia, Iran dan milisinya di Irak, Lebanon dan komplotan mereka, juga meski kesepakatan gencatan yang diikat selama pengepungan mencekik khususnya di Aleppo yang membuat Amerika dan sekutunya, kaki tangannya, menduga bahwa warga Suriah akan menyetujui gencatan senjata, meski semua itu namun yang terjadi adalah sebaliknya… Aksi long march terjadi di tengah kepungan dan terus dihalanginya bantuan makanan bahkan di tengah pemboman, aksi long march terjadi mengkritik dengan kuat kesepakatan gencatan senjata. Hal itu mendorong sejumlah faksi mengumumkan diri tidak peduli dengan kesepakatan ini, meskipun mereka berdiri menunggu! Dan faksi-faksi lainnya menolak arahan Amerika sesuai kesepakatan ke arah mengarahkan serangan bersama dengan Rusia terhadap kelompok-kelompok yang disebut “teroris”. Juga ada faksi-faksi lain yang menolak kesepakatan secara penuh… Bukan hanya itu saja, bahkan gerakan masyarakat yang menekan itu menghalangi hingga faksi-faksi yang loyal kepada para antek Amerika untuk menampakkan sikap mendukung kesepakatan dan mereka terpaksa menyembunyikanya di balik tirai. Semua itu membuat Amerika paham bahwa kesepakatan gencatan senjatanya, di tengah fakta yang menolaknya, tidak lagi berguna seperti yang diinginkan…Bahkan yang membuat Amerika makin linglung dalam upayanya menerapkan gencatan senjata itu adalah kejadian terang-terangan sebagian oposisi menolak menyambut pasukan khusus Amerika di utara Suriah setelah Erdogan menggaungkan dimulainya tahapan ketiga dari “perisai Eufrat” dengan keikutsertaan pasukan Amerika dan memasukkan pasukan Amerika ke utara Suriah… Akan tetapi Amerika dikejutkan dengan penolakan keras dari oposisi, bukan mereka yang disebut radikal, akan tetapi juga oleh mereka yang disebut moderat, dengan jalan menolak berperang di samping pasukan khusus Amerika. Penolakan itu berbarengan dengan teriakan yang menyebut pasukan khusus Amerika itu sebagai “salibis”. Hal itu seperti yang disitir oleh media massa pada 16/9/2016: “potongan video yang disebarkan oleh akun aktivis dan jurnalis di Tweeter yang menampakkan bahwa tentara pasukan khusus Amerika meninggalkan kota ar-Ra’i di Aleppo setelah penghinaan dari para kombatan yang mereka diyakini berasal dari “FSA – Free Syrian Army-“. Video itu muncul bersamaan dengan media Wallstreet Journal yang menisbatkan kepada para pejabat Amerika bahwa presiden Barack Obama menyetujui pengiriman empat puluh pasukan operasi khusus ke Suriah untuk bekerja bersama pasukan Turki di utara Suriah… Potongan video itu memperlihatkan di kota ar-Ra’iy para kombatan meneriakkan yel yel menentang Amerika pada waktu konvoi truks pengangkut membawa pasukan Amerika… Terdengar di video seorang laki-laki mengatakan: “tidak ada tempat bagi orang Amerika di antara kami … mereka ingin melancarkan perang salib untuk menduduki Suriah…” (situs al-Bawabah, 16/9/2016). Surat kabar Daily Telegraph juga menukilkan hal yang serupa pada 16/9/2016…
Perkara pertama ini membuat Amerika memandang perlu rehat gencatan! Untuk meningkakan pemboman sebagai pembalasan terhadap warga Suriah yang tetap teguh terus menentang kejahatan Amerika dan rencana-rencananya. Hal itu dengan anggapan dari Amerika bahwa makin meningkatnya pemboman akan membuat warga Suriah tunduk. Aggapan itu akan berbalik menyerang Amerika sendiri, in sya’a Allah.
Adapun kedua, kesepakatan gencatan bukan hanya solusi secara militer akan tetapi juga solusi politik. Obama berharap mengakhiri masanya dengan solusi di Suriah yang menjaga pengaruh Amerika, yang berikutnya disebut sebagai prestasi Obama dan membantu calon Demokrat dalam pemilu presiden… Disebutkan di berbagai berita bahwa kesepakatan itu sekitar lima dokumen: dua dokumen tentang penghentian aksi peperangan dan bantuan makanan, kedua dokumen itu telah diungkap… Amerika menolak mengungkap tiga dokumen lainnya. Sebab seperti yang tampak dokumen itu berkaitan dengan solusi politik dan dikuatkan bahwa dokumen itu akan mengungkap tipudaya Amerika kepada oposisi moderat bahwa Amerika bersama mereka. Tidak dijauhkan kemungkinan bahwa di dalam dokumen itu tersurat bertahannya Bashar sebagai presiden untuk pemerintahan transisi dan hingga pemilu setelah itu! Karena itulah, Amerika tidak ingin mengungkap hal itu sampai selesai operasi militer dan bantuan… Amerika sepakat dengan Rusia atas masalah itu. Di awalnya perkara itu berjalan dengan tenang. Tampaknya Amerika lupa bahwa Eropa, yang telah dipinggirkan oleh Amerika dari kejadian-kejadian yang berlangsung di Suriah, tidak akan diam saja untuk “mengacau” ketika ada kesempatan hingga meskipun telah diketahui bahwa Eropa tidak punya peran aktif dalam krisis Suriah. Akan tetapi hal itu bisa menyusahkan Amerika… Inilah yang terjadi! Eropa telah berusaha memanfaatkan point ini. Prancis dengan suara tinggi telah meminta Amerika untuk mengungkap point-point kesepakatan kepada sekutunya. Menteri luar negeri Prancis telah meminta Amerika memberitahu sekutunya rincian kesepakatan dengan Rusia seputar penghentian tembak menembak di Suriah… “Menteri luar negeri Prancis Jean-Marc Ayrault pada Kamis 15 September 2016 mengatakan bahwa Prancis ingin mengetahui teks kesepakatan penghentian tembak menembak di Suriah yang dicapai oleh Amerika dan Rusia sehingga tidak terjadi keraguan dalam apa yang berkaitan dengan siapa target di lapangan…” (DW arabic, 15/9/2016).
Yang tampak bahwa orang-orang Eropa telah sengaja menyusahkan Amerika dan Rusia secara bersamaan bahwa kesepakatan tersebut mengandung point-point berbahaya…! Sampai-sampai Rusia terpengaruh dan berusaha menyelamatkan diri! Rusia meminta pertemuan darurat Dewan Keamanan agar memberi kover untuk kesepakatan Amerika Rusia. “Zakharova juru bicara resmi luar negeri Rusia menjelaskan tujuan Moskow dari permintaan penting ini. Ia mengisyaratkan bahwa kesepakatan tersebut terbentuk dari beberapa kesepakatan yang dijadikan sandaran dan disepakati selama proses negosiasi… dan bahwa pihak Rusia di awal dan selama negosiasi serta setelah dicapai kesepakatan final, secara riil, bahkan mendorong pihak Amerika untuk melansir dokumen-dokumen kesepakatan, serta pentingnya hal itu dilakukan, supaya kesepakatan itu tidak menjadi obyek kecurigaan” (Arabic 21, 16/9/2016). Akan tetapi sidang darurat DK PBB pada malam tanggal 16/9/2016 dibatalkan disebabkan Amerika tetap tidak mau mengungkap point-poit kesepakatan itu. Tentu saja Rusia tidak bisa mengungkapnya sendiri sebab Rusia bekerja di Suriah atas persetujuan Amerika!
Perkara kedua ini membuat Amerika menghindari kesempitan ini untuk mencukupkan diri dengan sedikit dari rampasan! Maka Amerika berpandangan untuk menyusun kembali kesepakatan gencatan. Maka Obama mencukupkan dengan sebagian dari gencatan senjata yang tidak sampai mengantarkan ke solusi akan tetapi barangkali pertemuan antara rezim dan oposisi, dan berikutnya kesepakatan baru pun kosong dari dokumen-dokumen yang menyulitkan!
  1. Di bawah sinar kedua perkara yag dihadapi Amerika ini, Amerika berpandangan untuk mengambil “rehat gencatan” untuk meningkatkan operasi pemboman yag diintensifkan untuk mempengaruhi faksi-faksi dan masyarakat agar mereka tunduk kepada pertemuan baru antara rezim dan oposisi sesuai kesepakatan gencatan yang telah diubah yang disiapkan oleh Amerika selama masa rehat itu! Dan untuk menjustifikasi penghentian gencatan selama jangka waktu yang disebutkan dan menjauhkan syubhat bahwa Amerika ada di belakang penghentian gencatan dan serta berlipatgandanya pemboman dengan pengaturan Rusia dan rezim, Amerika mengambil langkah-langkah berikut:
  2. Amerika memberitahu Rusia: “sulitnya membedakan antara oposisi moderat dan “teroris” di Suriah…” (al-Hadath channel, 19/9/2016).
  3. Membuat rezim mengumumkan penghentian gencatan dan dimulainya pemboman dan Rusia di belakangnya… Hal itu seperti yang dikutip oleh berbagai media massa: “pasukan rezim Suriah hari senin mengumumkan berakhirnya gencatan yang telah berlangsung tujuh hari dengan mediator Amerika Rusia tanpa ada isyarat kepada kemungkinan diperbarui lagi…” (Al-Jazeera, 19/9/2016).
  4. Sengaja membuat perbedaan dengan Rusia. Akhirnya masing-masing pihak menuduh pihak lain berada di balik kegagalan gencatan senjata:
“Kementerian luar negeri Amerika mengatakan bahwa di bawah pelanggaran yang jelas terhadap kesepakatan penghentian tembak menembak yang dinyatakan oleh kesepakatan terakhir dengan Rusia, Amerika Serikat akan menilai kembali semua hubungan masa depan dengan Rusia tentang Suriah…” (Al-Jazeera.net, 20/9/2016)… “… dan Rusia dan Amerika Serikat saling tuduh sejak beberapa hari seputar penundaan implementasi kesepakatan. Moskow memandang bahwa Washington tidak memenuhi komitmennya dengan gencatan senjata, khususnya dalam hal yang berkaitan dengan penentuan daerah-daerah keberadaan faksi-faksi oposisi dan unsur-unsur Jabhah Fatah Syam. Pada saat yang sama Washington mengancam tidak ada koordinasi dengan Rusia dalam kondisi tidak ada masuknya bantuan-bantuan ke daerah-daerah yang dikepung …” (Gulf Online, 24/09/2016), selesai.
  1. Amerika menggerakkan perbedaan pendapat antara Pentagon dan kementerian luar negeri dan bahwa Pentagon keberatan dengan syarat-syarat gencatan senjata. Seolah-olah gencatan senjata disepakati diantara sehari semalam tanpa diketahui oleh Pentagon! Perlu diketahui bahwa negosiasi berjalan dengan diketahui oleh Pentagon. Seandainya benar mereka keberatan niscaya mereka menolaknya sebelumnya, dan bukan setelah berakhirnya gencatan senjata. Ini, padahal gencatan senjata ditetapkan pada 12/9/2016 telah diperpanjang pada 14/9/2016 dengan persetujuan Pentagon! “… setelah pengumuman kesepakatan perpanjangan gencatan sejata di Suriah 48 jam lagi, koresponden al-‘Arabiya di Washington menyatakan bahwa Pentagon menyambut baik perpanjangan ini pada Rabu sore… Menteri luar negeri Amerika dan Rusia pada Rabu mengumumkan perpanjangan penghentian tembak menembak di Suriah 48 jam lagi meski kejahatan terjadi sejak malam Senin, hari pertama berjalannya gencatan senjata itu…” (Al-‘Arabiya, 15/9/2016).
  2. Begitulah, penghentian tembak menembak di Suriah secara resmi telah hancur pada Senin 19/9/2016 setelah enam hari. Artinya kurang dari seminggu sejak ditetapkan oleh Amerika dan Rusia. Diasumsikan, Amerika dan Rusia melakukan pemboman kepada para revoluioneris di Suriah di bawah operasi yang disebut “perang terhadap terorisme” setelah perlawanan kesepakatan selama tujuh hari, satu perkara yang belum sempurna dengan kesengajaan yang jelas dari Amerika! Amerika memulai “masa rehat gencatan” dan meningkatkan pemboman, pada waktu Amerika melakukan perubahan gencatan sebelumnya ke gencatan berikutnya dengan anggapan bahwa hal itu bisa memungkinkan penciptaan pertemuan yang menghimpun rezim dan oposisi sebelum era Obama hilang…
Ini apa yang terjadi saat ini di Suriah dan apa yang dikerjakan oleh Amerika dan sekutunya untuk merealisasinya… Ini apa yang mereka klaim. Hanya saja fakta saat ini adalah bahwa krisis Suriah merupakan duri bahkan pohon duri di tengkuk Obama dan para pengikutnya. Sebelumnya Obama telah menyatakan pada waktu dimana ia lebih kuat dari sekarang dan punya waktu lebih banyak dari yang dia miliki saat ini. Presiden Amerika Barack Obama dalam pidato yang disampaikan tentang kesulitan-kesulitan yang dihadapi Gedung Putih, menyatakan “bahwa perang Suriah dan berbagai pertemuan yang digelar tentang krisis Suriah membuatnya “beruban”… Obama pada Kamis 4 Agustus dalam konferensi pers selepas pertemuannya dengan Dewan Keamanan Nasional dan para komandan militer di kementerian pertahanan Amerika, ia mengatakan, “saya yakin benar bahwa bagian terbesar uban di kepala saya disebabkan pertemuan-pertemuan yang digelar tentang Suriah”… (Russia today, 5/8/2016). Jika Obama sebelumnya menyatakan demikian, maka sekarang tidak diragukan lagi dia akan menyatakan dengan lebih keras atas dirinya sendiri dan akan meninggalkan Gedung Hitam seraya berkata: “Suriah telah membunuhku”… Obama memang layak menyatakan demikian… Sebab Suriah kosong dari pertarungan internasional. Amerika lah yang mengendalikan secara internasional dimana Amerika memanfaatkan Rusia dan meminggirkan Eropa. Amerika juga yang mengendalikan secara regional. Negara-negara yang aktif seperti Turki, Saudi, Iran, semuanya loyal kepada Amerika. Amerika juga mengendalikan rezim dan beberapa faksi… Meski semua itu, Amerika bersama sekutu-sekutunya, para pengikut dan komplotannya, tidak bisa menjalankan rencana-rencananya di Suriah hingga sekarang. Telah berlalu lebih dari lima tahun. Amerika hanya melawan warga Suriah… Oleh karena itu tidak aneh Obama dilanda “histeria” dikarenakan harapannya tidak terimplementasi. Bahkan hingga pasukan khusus yang ia masukkan ke Suriah bersama tentara Turki, pasukan khusus itu tidak bisa berdiri di atas kaki sendiri di bumi Suriah, akan tetapi justru lari sementara teriakan mencela mengikuti mereka, dari siapa? Dari faksi-faksi yang dilatih oleh Amerika dan diduga mereka telah menyerah kepada Amerika!
Semua itu sebab Suriah dan warga Suriah di dalam diri mereka mengalir perasaan islami. Kekuatan mukhlis mempengaruhi mereka dan menambah mereka sadar dan awas, mendorong mereka untuk melawan antek-antek pengkhianat dan tuan-tuan mereka diantara negara-negara penjajah yang ambisius di negeri kaum Muslim. Lalu bagaimana ketika di tengah mereka mengalir ide-ide Islam, yang menggerakkan dan memimpin mereka dengan kepemimpinan islami yang mukhlis merealisasi di tengah mereka sabda Rasulullah saw dalam hadits yang disitir oleh ath-Thabarani di Mu’jam al-Kabîr dari Salamah bin Nufail ia berkata: “Rasulullah saw bersabda:
«عُقْرُ دَارِ الْإِسْلَامِ بِالشَّامِ»
“Pusat dar al-Islam di Syam”?

Dan berikutnya menyeruak di tengah mereka Daulah Islam, al-Khilafah ar-Rasyidah, khilafah yang benar dan adil, yang mengembalikan kepada mereka kepemimpinan dunia sehingga Islam dan pemeluknya menjadi mulia dan kekafiran dan penganutnya menjadi hina. Dan Allah Maha Perkasa atas yang demikian itu.
﴿وَيَوْمَئِذٍ يَفْرَحُ الْمُؤْمِنُونَ * بِنَصْرِ اللَّهِ يَنْصُرُ مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ﴾
“Pada hari kemenangan itu bergembiralah kaum mukmin karena pertolongan Allah, Dia menolong orang yang Dia kehendaki dan Dia Maha Perkara lagi Maha Penyayang” (TQS ar-Rum [30]: 4-5).

23 Dzul Hijjah 1437 H
25 September 2016 M

http://hizb-ut-tahrir.info/ar/index.php/ameer/political-questions/39573.html

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Apa Yang Terjadi Saat ini dalam Krisis Suriah?"

Post a Comment