TAKE DOWN & TAKE OVER AKUN DAKWAH, Satu Kata: Pengecut!




Oleh: Mujahid Wahyu
(Analis Ar Roya Center)


Era keterbukaan media sosial saat ini membuat semua orang bebas memiliki akun medsos. Jumlahnya tidak dibatasi. Satu orang bisa memiliki akun di berbagai saluran medsos yang tersedia, meliputi facebook, instagram, twitter bahkan youtube.  Satu orang pun juga bisa membuat dan memiliki banyak akun dalam satu saluran saja. Misal dalam saluran facebook memiliki satu akun untuk sosial personal, satu akun untuk bisnis dan satu akun untuk keperluan yang lain.



Tidak bisa dipungkiri, banyak akun-akun personal dibuat dan dimanfaatkan untuk keperluan dakwah. Perlu dipahami bahwa dakwah tidak melulu harus dengan ceramah. Dakwah juga tidak mensyaratkan yang menyampaikan harus da'i atau da'iah. Semua muslim punya kesempatan dan kewajiban yang sama dan setara untuk turut berdakwah. Mengajak untuk mentauhidkan Alloh dalam segala hal. Melakukan amar ma'ruf dan nahi mungkar, kepada siapapun dan lewat media apapun. Termasuk media yang tersedia dan kekinian untuk digunakan yaitu medsos.



Dakwah berasal dari akar kata da’a-yad’u-da’watan, yang bermakna menyeru atau mengajak. Ahmad (1999) menyatakan bahwa dakwah adalah upaya untuk mengajak manusia masuk ke dalam jalan Alloh secara menyeluruh (kaffah), baik dengan lisan, tulisan maupun perbuatan sebagai ikhtiar muslim mewujudkan islam menjadi kenyataan dalam kehidupan pribadi, kelompok atau jama’an dan ummah. Dengan demikian dakwah medsos bisa tergolong sebagai dakwah melalui tulisan.



Dalam berbagai ayat Al qur'an, banyak dijumpai kata kerja perintah (fi’il amr) yang ditujukan kepada seluruh mu’min dan muslim untuk turut serta berdakwah menyeru kepada jalan Alloh yaitu islam. "Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah, tutur kata yang baik, dan berdiskusilah dengan mereka dengan baik" (TQS An Nahl:125). Dinyatakan pula, “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri?” (QS Fushilat: 33). Imam Suyuthi dalam tafsir jalalainnya menafsirkan bahwa yang paling baik perkataanya adalah pendakwah.



Rosululloh Muhammad SAW dalam beberapa hadistnya pun menyampaikan perintah kepada seluruh umatnya tanpa ada pengecualian baik laki-laki maupun perempuan yaitu untuk turut berdakwah menyeru kepada islam.  "Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat" (HR Bukhori). Dalam hadits yang lain disebutkan "Katakanlah kebenaran walau itu pahit rasanya" (HR Ahmad) atau dalam hadits yang lain diperintahkan, “Siapa yang melihat kemungkaran maka rubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka rubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu maka (tolaklah) dengan hatinya dan hal tersebut adalah selemah-lemahnya iman”. (HR Muslim).



Adalah sunatulloh bahwa dakwah tidak melulu akan berjalan dengan mulus. Disetiap masa dan sudah tertulis dalam berbagai catatan sejarah, aktivitas dakwah akan inheren dengan aktivitas penentangan terhadap dakwah. Akan dijumpai makhluk-makhluk yang tidak suka dengan dakwah ilalloh. Dimulai dari makhluk ghoib yaitu iblis dan bala tentaranya sampai setan yang berwujud manusia. Ada yang dilakukan secara terang-terangan dan adapula yang dilakukan secara malu-malu bin sembunyi-sembunyi. Itulah sunatulloh dakwah. Aktivitas mulia yang tidak mudah. Harus tahan banting, tahan mental bahkan tahan pukul. Baginda Rosululloh SAW telah mencontohkannya. Beliau istiqomah dalam jalan kemuliaan ini hingga kemenangan dakwah tiba meskipun harus ditentang, dicela, dipukul, ditimpuk dengan kotoran, difitnah dengan berbagai tuduhan keji, diboikot bahkan diancam nyawanya.



Setali tiga uang, berdakwah lewat medsospun juga banyak yang ditentang. Ada beberapa aktivis medsos yang hanya melakukan ikhtiar amar ma’ruf nahi mungkar dikriminalisasi. Terbaru seperti yang dialami oleh Ustadz Heru Elyasa, ulama’ Mojokerto yang dijerat UU ITE oleh gerombolan rezim yang anti dakwah amar ma’ruf nahi munkar. Hanya gara-gara menasehati GP Ansor. 



Akun-akun aktivis dakwahpun tidak luput dari upaya untuk pemberangusan. Dengan dalih memerangi radikalisme yang tidak jelas definisinya, banyak akun-akun medsos yang ditake down alias ditutup. Padahal akun-akun dakwah tersebut semata-mata hanya menyampaikan sebagian dari ajaran islam seperti khilafah. Mendakwahi penguasa untuk melepaskan jubah kedzaliman. Melawan penindasan kapitalisme dan sekulerisme termasuk melawan proyek LGBT yang menyesatkan.



Lebih licik dan dzalim dari tindakan take down akun pendakwah adalah tindakan take over akun dari yang bersangkutan. Peristiwa ini seperti yang dialami oleh akun twitter Said Didu  untuk menfitnah UAS. Begitu juga akun twitter Ustadz Ismail Yusanto mantan jubir HTI yang digunakan untuk memojokkan salah satu calon presiden tertentu. Upaya take over akun ini tidak boleh didiamkan oleh otoritas. Jika didiamkan, maka jangan salahkan umat dengan penilaian bahwa otoritas turut serta dalam upaya take over akun. Jika demikian, hanya satu kata: pengecut!.

Sumber : http://www.soeara-rakjat.com

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "TAKE DOWN & TAKE OVER AKUN DAKWAH, Satu Kata: Pengecut!"

Post a Comment