*DISKUSI KHILAFAH, MUNGKIN BISA MENJADI ALTERNATIF ?*


Oleh : Ahmad Khozinudin

Sastrawan Politik

Ada semacam kegalauan yang memuncak di kalangan oposisi, terutama pasca Sandiaga Uno masuk kabinet Jokowi, mengikuti Capres pendahulunya Prabowo Subianto. Tindakan ini seolah tak menghargai perjuangan, meremehkan pengorbanan, bahkan menghina arti perubahan yang dijanjikan. Jargon 'Adil Makmur' ditafsirkan sebagai adil dapat menteri, makmur bersama koalisi rezim.

Kalau dilihat, Gerindra memang mendapat porsi yang adil, boleh jadi menzalimi Nasdem. Itu sebabnya, Irma Nasdem mencak-mencak, tak ridlo jika Prabowo-Sandi dapat porsi besar hanya dengan modal merapat.

Padahal, koalisi Jokowi lah yang berjibaku memenangkan pasangan Jokowi-Ma'ruf. Mereka adalah Golkar, PPP, PDIP, PKB dan tentunya Nasdem. Mungkin, di benak Irma dirinyalah yang layak menempati posisi Menteri, bukan Sandi.

Adapun, mereka yang dahulu mendukung Prabowo - Sandi, seperti ditelantarkan. Dibiarkan menjadi bulan-bulanan rezim. Yang paling kontras, tentunya posisi HRS yang dipenjara pada saat yang sama Sandi naik menjadi Menteri.

Bagi politisi pragmatis, hal ini dapat dimaklumi. Tapi bagi mereka yang tulus berjuang dan memberikan pengorbanan ? Tentu tak bisa diterima, tak bisa dilupakan. Namun, Medan perlawanan saat ini seperti terkunci.

Nah, dalam kondisi buntu itulah penulis menawarkan Khilafah. Kita awali dengan mendiskusikan dahulu, baru kemudian melakukan Refleksi, dan aksi. Apa aksinya ? Ya, tentu yang sejalan untuk mendekatkan pada misi tegaknya Khilafah.

Kalau aksi yang dimaksud adalah menunggu Pilpres 2024, kemudian menggerakkan rakyat untuk aksi memilih capres tertentu ? Ini bukan aksi yang menjadi sebab tegaknya Khilafah. Ini adalah aksi bunuh diri, karena pasti akan dikecewakan Capres seperti pada Pilpres 2019.

Lantas apakah aksi itu melakukan gerakan kudeta ? Terlalu bengal kekuasaan ini, tak mau lagi mendengar suara Rakyat ? Ini juga tidak mengantarkan pada Khilafah, kecuali justru kerusuhan dah korban, baik ditingkat elit maupun rakyat.

Lalu apa lagi ? People power ? Tidak. Ini hanya metode untuk menggulingkan kekuasaan, bukan menegakkan Khilafah. Khilafah tidak ditegakkan dengan cara menggerakkan aksi People Power.

Khilafah itu tegak dengan dakwah, seperti dakwah nya Rasulullah Saw. Khilafah tegak dengan diskusi, dimana didalam diskusi menyepakati sejumlah komitmen. Diskusi, disepakati, diskusi, disepakati, begitu seterusnya.

Hingga kesepakatan itu sampai pada sistem yang ada ini rusak, perlu sistem pengganti dan sistem pengganti itu adalah Khilafah. Saat semua menyepakati Khilafah, maka mudah saja Khilafah tegak, tanpa Pilpres, tanpa Pemilu, tanpa kudeta, tanpa people power. Tetapi cukup dengan dakwah, sebagaimana Rasulullah memperoleh kekuasaan di Madinah.

Saat semua elemen sepakat dengan Khilafah, barulah umat memilih calon Khalifah dan membaiatnya. Sejak Khalifah dibaiat, maka demi hukum tegaklah daulah Khilafah. [].

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to " *DISKUSI KHILAFAH, MUNGKIN BISA MENJADI ALTERNATIF ?*"

Post a Comment